Senin, 05 November 2012

Arum Jeram di Sungai Elo


Pagi itu aku bersama sekitar 20 temanku yang lain menuju Sungai Elo di Jawa Tengah untuk memulai arung jeram pertamaku ini. Memang ada beberapa temanku yang sudah pernah mencoba bahkan sering dalam hal arung jeram ini sehingga kita tidak perlu menyewa seorang skipper untuk mendampingi kami karena telah ada temanku juga yang jago untuk menakhkodai perahu.

Tiba dilokasi suasana masih cukup sepi. Aku dan teman- teman segera mengenakan peralatan standar keamanan pribadi yang berupa pelampung, helm, dan dayung. Setelah memompa dua buah perahu yang masing- masing berkapasitas maksimal 8 orang, kamipun segera melakukan pemanasan agar tidak keram saat melakukan pengarungan. Saat itu 16 orang dari kami termasuk aku akan melakukan pengarungan dengan dua buah perahu sementara sisanya menjadi tim darat yang tetap berkomunikasi untuk memantau keselamatan tim yang melakukan pengarungan.

Selesai pemanasan kamipun segera mengangkat perahu menuju ke sungai dengan menuruni tangga yang cukup terjal. Ternyata perahu karet yang berisi angin itu berat juga untuk diangkat oleh tujuh orang. Sampai diair aku segera naik ke perahu disusul teman yang lain. Sebelum mengarungi sungai kami melakukan latihan kekompakan tim dan belajar cara mendayung yang benar . setelah dirasa cukup pemanasan diatas perahu maka kami segera memulai pengarungan. Beberapa ratus meter dari titik start keadaan air masih flat.

Akhirnya jeram pertama yang dinantikan pun sudah telihat. Aku dan kawan- kawan dikomando untuk mempercepat dayungan ketika memasuki jeram. Dan 1, 2, 3…. Kamipun masuk ke jeram pertama dengan teriakan untuk mengalahkan ketakutan yang sempat terlintas. Jeram pertamapun sudah berhasil kami taklukan dengan sukses tanpa ada satu anggotapun yang terjatuh dari perahu. Tidak lama kemudian tim 2 menyusul memasuki jeram tersebut dengan lancar pula.Beberapa jeram selanjutnyapun kami arungi dengan lancar hingga akhirnya pada jeram yang cukup besar salah satu temanku ada yang terjatuh ke jeram. Akupun sempat khawatir dengan membayangkan bagaimana keadaan temanku tersebut. Tidak beberapa lama setelah keluar dari jeram akhirnya dia terlihat agak jauh dari perahu. Salah satu temanku segera melamparkan throwing bag untuk menolong temanku agar segera mendekat ke perahu. Tidak lama kemudian temanku yang jatuh tadi sudah berhasil naik kembali ke perahu dengan selamat, hanya beberapa luka memar dikakinya karena terbentur bebatuan saat di jeram.

Di tengah pengarungan sungai kami sempat beristirahat sekitar satu jam untuk menikmati makan siang yang telah disediakan oleh tim darat. Pada saat istirahat itulah aku dan teman- teman mencoba sesuatu yang ekstrim dan menguji nyali yaitu menceburkan diri di jeram atau biasa disebut renang jeram. Jeram yang satu ini cukup besar karena memang saat itu debit airnya sedang tinggi. Satu persatu kamipun menceburkan diri ke jeram dari atas sungai. Aku melompat pada urutan ketiga. Rasanya kaki ini tak mau lepas dari tanah karena rasa takut melihat besarnya jeram. Akupun semakin khawatir karena teman sebelumnya mengalami luka- luka memar saat tercebur ke jeram. Tapi akhirnya rasa takut itupun dapat kutepis jauh- jauh sehingga dalam hitungan ketiga akupun segera melompat untuk menceburkan diri. Sungguh sebuah pengalaman yang tak terlupakan. Ketika aku berusaha mengendalikan arah badanku agar selalu kedepan, arus sungai yang deras langsung menghempasku terbalik tak karuan. Sesaat dapat kurasakan sakitnya badanku ketika menabrak batu- batu besar yang berada di jeram dengan panjang sekitar 20 meter itu. Aku merasakan bahwa saat itu aku seperti bola billiard yang memantul kesana kemari karena benturan. Sungguh sakit sekali. Akhirnya setelah bertarung dengan jeram itu akupun dapat keluar darinya dengan nafas yang masih bisa kurasakan…. Ah… leganya… THANKS GOD..I’M STILL ALIVE. Setelah naik ke darat aku merasakan ada bagian kakiku yang berdarah karena benturan yang keras dengan bebatuan tadi, akan tetapi tidak parah sehingga aku masih bisa berteriak lega. Aku bersyukur sekali dapat merasakan pengalaman yang begitu mengerikan itu. Tetapi hal ini tidak membuatku gentar sehingga aku mencoba kembali untuk terjun ke jeram ini

Minggu, 04 November 2012

Ngabuburit ke Curug Panjang dan Cibodas


Diawali dengan nongkrong2 diWarkop deket rumah dengan anak” AVERTIG (Anak Pertigaan), kami memustuskan untuk pergi ke cibodas sebagai hidangan pembuka liburan semester ini.. hehe..


Pertimbangan utama ke cibodas adalah faktor 4D : doku, duit dan dana.. sebabnya cibodas adalah satu2nya tujuan refreshing yang paling murah meriah di sekitar jakarta (tanpa pertimbangan makan), dan bisa menginap secara gratis di warung-warung yang ada sekitar parkiran mobil..
Perjalanan dimulai sekitar pukul 11.00 WIB (yang awalnya janjian jam 9 teng berangkat), melewati jalan raya bogor dan berbelok ke arah sentul yang begitu indahnya karena ditemani rintik hujan sepanjang jalan. Neduh sebentar sambil menikmati pemandangan..
Lanjut lagi hingga keluar di Gadog dan masuk jalan raya puncak.. di tengah perjalanan Doey mengusulkan belok ke Curug Panjang dulu.. Okelah segera meluncur ke TKP.. Untuk menuju Curug Panjang ini tidak ada petunjuk dari jalan raya puncak, jadi memang yang pernah kesana saja yang mungkin tahu lokasinya..
Untuk masuk ke curug panjang ini kami dikenakan retribusi Rp 5000/orang, sudah termasuk parkir sepeda motor.. Kawasan curug panjang ini masih sepi pedagang, jadi masih lumayan bersih.. Ditambah lagi banyak rambu-rambu untuk memelihara kebersihan..Segera kami berjalan menuju lokasi curug yang memakan waktu sekitar 5 menit saja..
Curug ini dinamakan curug panjang, mungkin karena memang bentukan curug ini bukan seperti air terjun yang airnya jatuh vertikal, tapi seperti jeram di sungai yang memiliki elevasi tinggi.. Dan debit air disana sedang besar-besarnya karena sedang musim hujan..
Cuma Doey dan Pacarnya yang sampai berendam-rendam di kolam, gw beserta yang lain hanya main-main air aja.. Lompat dari batu ke batu, berendam kaki, sama curi-curi pandang ke satu-satunya wanita yang ada disana.. hahahha.. puas main di Curug Panjang, kami segera bergegas berangkat lagi karena hari sudah sangat sore.. Oh ya, jalan ke Curug Panjang ini sangat tidak recommended untuk dilewati mobil, banyak spot tanah longsor di tepi jalannya..
next on the way to Cibodas, sepanjang perjalanan kami ditemani kabut yang sangat tebal..Hingga akhirnya sampai di kawasan cibodas setelah menembus barikade pos pembayaran.. :p Sampai di pelataran parkir dengan segera kami bergegas ke warung, dan beristirahat disana untuk perjalanan esok hari ke curug cibereum.. Warung-warung disana lagi sepi-sepinya, karena pendakian ke gunung gede-pangrango sedang ditutup, dan juga karena bukan weekend.. Warung-warung yang biasanya rame banget kini kosong melompong gak ada orang.
Warung disini sekarang sudah semakin nyaman, ada musholla di sebelah warungnya.. tapi yang makin gak nahan yaitu makanan dan minuman yang kian mahal!
Kegiatan malam didominasi dengan sharing.. maen poker, gaple dan tidur.. karena esoknya akan menguras tenaga yang banyak, kami pun akhirnya secara sukarela mulai mencari posisi yang enak, lalu terlelap..
*share rate makanan di warung Jajanan disini:
nasi goreng : Rp 9.000
soto : Rp 9.000
teh manis : Rp 3.000
kopi sachetan plus seduh : Rp 3.000
harga segitu kami anggap wajar karena udah diberikan fasilitas nginep gratis.. hehe..
*tiket masuk kawasan Cibodas : Rp 4000/orang dan Rp 5000/motor
*tiket masuk kawasan Curug Panjang : Rp 10.000/2 orang, sudah termasuk motor.
Dan Keesokan paginya kami bersiap-siap untuk bergegas pulang, karena factor 4D tersebut..hehehee. Thanks God kami semuanya telah selamat pada saat pergi dan pulangnya. 

Jumat, 02 November 2012

Danau Bahema Tidak Kalah Indahnya


Danau dengan nama asli Danau Yuginopa ini terletak di komplek Pegunungan Jayawijaya. Dengan ketinggian 3.225 mdpl, danau ini adalah salah satu danau tertinggi di Indonesia. Anda bisa melihat langsung Puncak Trikora menjulang tinggi di depan mata. Di puncaknya, butir-butir es yang menghiasi negeri khatulistiwa.

Danau Habema pemandangannya sungguh luar biasa. Padang rumput seakan tak habis dipandang mata. Embun kerap menghiasi rerumputannya, baik itu pagi, siang, atau malam. Tak heran, letak danau yang tinggi itu menyebabkan suhu menurun drastis. Delapan derajat celcius dalam kadar normal, bisa turun hingga angka tiga derajat celcius jika malam tiba.

Menurut cerita yang beredar, Anda bisa menemukan anggrek hitam yang langka di tempat ini. Dataran Papua memang terkenal dengan anggrek yang beragam jenisnya. Tapi sayang, sekarang flora dilindungi ini sudah jarang ditemui lagi. Tapi, jika beruntung, Anda akan menemukan Cendrawasih dan Astrapia yang merupakan burung endemik pulau ini. Oleh karena itu, jika Anda berkunjung ke Papua, cobalah melihat langsung keindahan Danau Habema. Jaraknya sekitar 48 kilometer dari Kota Wamena. Perjalanan menggunakan kendaraan bermotor bisa ditempuh dalam waktu sekitar 3 jam.

Kamis, 01 November 2012

My Memory....Gunung Merbabu


Kegiatan mendaki gunung memang sudah cukup popular dan digemari banyak orang. Banyak yang berpendapat bahwa mendaki gunung merupakan sebuah aktivitas atau hobi yang dapat memberikan kepuasan tersendiri karena banyak hal menarik yang akan didapat dari kegiatan pendakian. Pendakian pertama yang kulakukan adalah pendakian Gunung Merbabu di Jawa Tengah yang memiliki ketinggian 3.142 M dpl. Saat itu aku masih duduk di bangku SMA kelas 2. Aku bersama teman- teman yang berjumlah 12 orang memulai pendakian dari jalur pendakian Wekas. Ini merupakan jalur yang bisa dibilang cukup mudah karena biasanya para pendaki pemula menggunakan jalur ini untuk mencapai puncak merbabu. Wekas sendiri merupakan nama desa terakhir sebelum mencapai puncak Merbabu.
 
Sebelum memulai pendakian aku bersama teman- teman singgah di Basecamp yang banyak disediakan bagi para pendaki di Jalur Wekas ini. Setelah melakukan briefing mengenai skenario pendakian yang akan dilakukan akhirnya pada pukul 22.10 WIB kamipun memulai pendakian. Ditengah gerimis ringan dan dinginya udara gunung aku mulai melangkah menapaki jalan setapak yang cukup licin oleh air hujan. Beberapa kali aku hampir- hampir terpeleset karena tanah becek yang kupijak. Langkah demi langkah kususuri jalan yang licin tersebut dengan cahaya dari senter yang kubawa. Semakin lama melangkah, nafas ini terasa semakin berat. Jalan yang begitu terjal menanjak serasa menghabiskan nafas yang berusaha tetap kukendalikan. Walaupun aku merasa masih mampu untuk melanjutkan pendakian akan tetapi ada temanku yang meminta untuk berhenti untuk sekedar mengambil nafas karena kecapekan. Memang kami semua pada saat itu dihadapkan pada pilihan yang serba sulit yaitu jalan dengan kondisi yang cukup berat atau berhenti tetapi kedinginan. Tetes keringat yang terasa panas akibat kondisi jalan yang begitu berat akan berubah menjadi dingin yang luar biasa secara cepat sesaat setelah kita berhenti berjalan akibat dinginya cuaca. Dengan semangat yang masih kokoh untuk mencapai puncak akupun melanjutkan pendakian bersama anggota tim yang juga masih semangat walaupun sudah sangat capek.

Akhirnya setelah hampir tiga jam berjalan, akupun sampai di pos II jalur pendakian ini. Pos ini cukup luas sehingga sering dijadikan sebagai tempat untuk beristirahat, mendirikan tenda, dan memasak sebelum meneruskan perjalanan ke puncak. Di tengah udara yang begitu dingin kami membuka dua buah tenda dome untuk beristirahat. Saat itu juga banyak pendaki lain yang lebih dulu sampai di pos II dan mendirikan dome. Setelah selesai mendirikan tenda aku dan beberapa teman pun memasak mie instant dan air panas untuk mengusir hawa dingin dan perut yang sudah mulai lapar, sementara sebagian temanku sudah tidur terlelap karena kecapekan. Tidak sampai tiga jam aku beristirahat di pos II ini dan kemudian melanjutkan perjalanan kembali menuju puncak.. Target ku saat itu adalah mencapai puncak sebelum Sunrise. Lebatnya hutan pinus yang kami temui sebelum pos II mulai berganti dengan semak- semak kecil yang terbuka sehingga pemandangan langit pun begitu menarik karena hujan gerimis yang sempat mengguyur sudah berhenti.

Setelah terus berjalan akhirnya aku merasakan bahwa hari sudah mulai terang. Saya sempat kecewa karena saat itu kami belum sampai di puncak akan tetapi matahari sudah hampir muncul. Saat itu aku baru sampai di pertigaan yang merupakan pertemuan antara jalur pendakaian Wekas dengan jalur perdakian Kopeng. Karena tempatnya cukup luas dan dirasa nyaman buat menikmati sunrise, akhirnya aku dan teman- teman berhenti untuk menikmati sunrise disini. Tidak lama aku menunggu……. Dan….Luar biasa.. Ini adalah sunrise pertama yang kusaksikan diatas gunung. Sungguh suatu pemandangan yang membuatku teringat akan kebesaran Sang Maha Pencipta alam. Setelah setengah jam menikmati sunrise akupun melanjutkan pendakian ke puncak Kenteng Songo yeng merupakan puncak tertinggi Gunung Merbabu ini. Hanya dibutuhkan waktu sekitar satu jam sampai akhirnya akupun sampai dipuncak kenteng songo yang berada di ketinggian 3.142 M dpl. Lagi- lagi untuk yang kedua kalinya aku merasakan kekagumanku kepada alam yang sedang kusaksikan ini. Pemandangan yang begitu indah berada di semua penjuru mata angin. Dari sini bisa kusaksikan gunung merapi yang mengeluarkan asap belerang, serta gunung- gunung lain seperti Gunung Sumbing dan Sindoro yang kelihatan begitu indah. Disini aku merasakan hangatnya pancaran sinar matahari yang bercampur dengan dinginya undara gunung. Setelah puas menikmati puncak Merbabu aku dan teman- teman pun melanjutkan perjalanan kembali ke Basecamp Wekas. Akhirnya pada sekitar pukul 14.30 WIB kami semua sampai di Basecamp Wekas dengan selamat. Puji Syukur kepada Sang Pancipta Alam Raya yang telah menunjukkan segala keagunga-Nya kepadaku hari ini. Ini merupakan pendakian pertamaku yang akan mengilhami petualanganku dengan alam selanjutnya.