Perjalanan
ke Krakatau dan Kiluan mengawali perjalanan backpacker saya. Pada awalnya hal
ini lumayan menakutkan, dan mendebarkan. Menjelajah pulau nan jauh disana
dengan sekelompok orang tak dikenal kecuali satu teman yang waktu itu mengajak
saya. Tapi untungnya, naluri penjelajah dan semangat mencoba tantangan baru
memenangkan tekad dan mengalahkan insting ketakutan tak beralasan. Pertama
ketemu sama beberapa orang di shelter busway harmoni. Kenalan, dan ternyata
mereka sepertinya sudah menjadi backpacker berpengalaman. Tas backpack yang ringkes,
pakaian simple, dan mudah diajak ngobrol.
Bagi
saya pribadi, perjalanan malam selalu lebih mengasyikkan ketimbang perjalanan
di saat matahari bersinar terik. Tapi ternyata, mengarungi lautan (selat
sunda-red) di saat gelap menutupi langit, unpredictable! Kapal tengah malam,
angin laut, sekumpulan bocah bocah petualang, dan kantuk yang mendera, benar
benar membuat insting perjalanan tegak, dan berdebar menanti apa yang bakal
dihadapi nanti. Dalam hati saya terus berkata “This must be exciting,. It must
be something,.” (niatnya sih mau menabah-nabahkan diri ^^).
Sesampai
di pelabuhan Bakauheni, di Lampung, kita melanjutkan perjalanan ke pelabuhan
Bom naik angkot carteran. Dari pelabuhan Bom ke pulau sebesi, yang merupakan
tempat bermalam kita pada hari itu, kita naik kapal tongkang! Ini pertama kali
saya naik kapal nelayan yg seperti itu. Sangat mendebarkan, duduk di dek
terbuka sambil terapung apung di laut. Tapi semuanya terobati kala fajar
menyingsing, yang dengan gagahnya memamerkan semburat oranye di bagian timur.
Menatap fajar dari tengah lautan adalah pengalaman pertama saya. Ini bahkan
lebih menakjubkan ketimbang mengagumi sunrise dari angkasa (dari pesawat-red).
Timur terasa begitu dekat dan “subhanallah”!! saya benar2 ga berenti tersenyum,
menikmati hal yg mungkin ga bakal pernah bisa didapat kalo ngga memberanikan
diri keluar dari zona nyaman.
Sesampainya
di pulau sebesi, kita sudah disediakan sarapan, dan mengambil tempat di dua
buah rumah yg seperti pavilion. Satu untuk anak perempuan, satunya buat yang
cowok. Perjalanan pertama kita menuju krakatau. Dari jauh, dan berdasarkan
cerita mengenai letusan dahsyat gunung krakatau pada tahun 1883, sudah
terbayang kemegahannya. Dan sekarang melakukan pendakian langsung? wow! Tidak
pernah terbayang sebelumnya.
Angin
bertiup sangat kencang dipuncak krakatau. Kita hanya melakukan pendakian hingga
titik tertentu, dan tidak di badan anak krakataunya langsung. Setelah itu
perjalanan dilanjutkan dengan hoping island, istilah backpacker yang baru saya ketahui
disini. Sejenis “lompat dari pulau satu ke yg lainnya” atau bisa dibilanng
seperti mencari2 spot snorkling.
Balik
balik ke penginapan, makan malam sudah disediakan. Ada ikan bakar yang fresh
dari laut. Berasa gurih, manis dan enak deh pokoknya. Apalagi setelah badan
lelah seharian menikmati alam. Walaupun saya sendiri belum nyobain snorkling,
karena belum berani, tapi so far, we had so much fun. Dan acara malam pun
adalah sesi main kartu. Dari poker sampe UNO. Yang capek udah istirahat duluan.
Tujuan
selanjutnya adalah pulau Kiluan, dimana kita akan hunting lumba lumba. Untuk
menuju Kiluan, kita harus balik ke palabuhan bom dulu baru meneruskan
perjalanan ke sisi lain Lampung. Perjalanan naik kapal tongkang dari sebesi
bisa dikatakan mencekam. Ombak besar, dan gerimis. Beberapa dari kita harus
tidur untuk mengatasi mabuk laut.
Kiluan
pada tahun 2010 masih belum begitu terjamah dan akses kesana lumayan pas pasan
(terbukti dari tidak adanya sinyal apapun kecuali provider warna merah. Itupun
cuma di spot spot tertentu, di pinggir pantai dengan posisi handphone agak
diangkat :D. Listrik PLN belum masuk, sehingga penduduk cuma mengandalkan
genset yg dinyalakan di jam2 tertentu. Di Pulau ini tidak ada penduduk
sebenarnya. Hanya ada si pengelola penginapan yang sebelumnya merupakan aset
investor yang gagal berkembang setelah krisis. Mereka menyediakan wisata
memancing dan melihat lumba lumba.
Untuk
mendapat kesempatan melihat lumba lumba, kita harus berangkat pagi pagi.
Sekitar jam 9 atau lebih pagi. Tapi karena waktu itu ombak cukup besar, kita
harus menunggu agak siang sekitar jam10. Akibatnya, sesampai di tengah laut,
lumba2 yang terlihat tidak begitu banyak. Kapal yang dinaikin lebih kecil lagi,
dan biasa disebut jukung. Isinya maksimal 3 orang dan 1 pengemudi. Cuaca cukup
panas sehingga tidak memungkinkan kita berlayar terlalu lama. Tapi pengalaman
yang didapat cukup mengesankan sebagai oleh2 backpacker-an pertama.
Well,
penderitaan dan kesenangan berakhir di senin pagi. Udah berasa pulang lembur
aja, nyampe rumah jam 5 pagi. Cuma bedanya kalo lembur sampe pagi besoknya
boleh masuk siang, kalo main smpe pagi besoknya tetep harus masuk pagi.
Huffffftttt…….>.<
But
this is worthed a journey. Its all paid off. It really is. And to find the
whole team just this one i got,, well its one in a million chances. And i am so
glad, so thanksful and Thanks to God, for those experiences we ‘ve been through. Just cant wait for the next trip. Next
time, gw harus udah bisa snorkling :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar