Pulau Enggano adalah pulau
terluar Indonesia yang terletak di samudra Hindia dan berbatasan dengan negara
India. Pulau Enggano ini merupakan bagian dari wilayah pemerintah Kabupaten
Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, dan merupakan satu kecamatan. Pulau ini
berada di sebelah barat daya dari kota Bengkulu dengan koordinat 5° 31′ 13″ LS,
102° 16′ 0″ BT.

Penduduk asli Pulau Enggano
adalah suku Enggano, yang terbagi menjadi lima puak asli (penduduk setempat
menyebutnya suku). Semuanya berbahasa sama, bahasa Enggano. Suku atau Puak
Kauno yang mulai menempati tempat ini pada zaman Belanda (sekitar tahun 1934).
Secara administratif Pulau
Enggano (Kecamatan Enggano) masuk dalam wilayah Kabupaten Bengkulu Utara dengan
letak Geografis 102,05 – 102,25 Bujur Timur dan 5,17 – 5,31 Lintang Selatan.
Luas pulau Enggano sekitar 40.000 ha, yang terdiri dari 6 desa yaitu; desa
Banjarsari, Meok, Apoho, Malakoni, Kaana dan desa Kahyapu dengan pusat
pemerintahan di desa Apoho. Dari luasan yang ada; 3.724,75 ha, merupakan hutan
desa, 24.184 hutan ulayat, hutan nibung 719 ha, hutan waru 465,25 ha, rawa
1.967,75 ha, sawah 301,75 ha, perkebunan 2.614,50 ha, perkampungan 123,25 ha,
hutan bakau 1.710,50 ha, hutan keramat 394,74 ha. Untuk lahan yang masih
bermasalah atau belum jelas statusnya seperti areal eks PT. EDP dan Lapangan
Terbang seluas 2.400 ha, lapangan terbang 202,25 ha. Dari luasan yang ada,
Enggano hanya didiami oleh 1.927 jiwa yang terbagi kedalam 6 suku dan 6 desa
yang ada dengan kepadatan sekitar 4,8 jiwa per km2 (Bengkulu Utara dalam angka,
2000).
Dari segi geografis sebenarnya
Pulau Enggano lebih dekat ke Bengkulu Selatan dibandingkan dengan Kota Bengkulu
dan Kabupaten Bengkulu Utara. 156 km (92
mil laut), jarak dari Ibukota±Jarak dari Kota Bengkulu 96 km (60 mil laut) dan jarak ke
Ibukota±Bengkulu Selatan (Manna)
Kabupaten Bengkulu Utara 92 mil laut ditambah perjalanan darat dari Kota
Bengkulu Ke Arga Makmur sepanjang 76 km.
Pulau Enggano merupakan salah
satu pulau kecil di Pantai Barat Sumatera yang mempunyai panjang sekitar 45 km
dan lebar 17 km (Dephut, 1998). Kondisi ekosistim pulau Enggano masih terbilang
bagus kalau dibandingkan dengan pulau-pulau kecil lainnya disisi pantai barat
Sumatera. Ekosistim Pulau Enggano Unik, dengan ekosistem yang unik ini maka P.
Enggano lebih rapuh jika dibandingkan dengan ekosistem daratan. Gangguan
sedikit saja pada salah satu unsur ekosistim yang ada akan berakibat
terganggunya keseluruhan ekosistem pulau tersebut (Dirjen Pengusahaan Hutan,
juli 1995).

Habitat yang penting adalah
seperti hutan mangrove dan terumbu karang yang masih cukup baik kondisinya.
Daratan pulau ditutupi sebagian besar oleh hutan dan dialiri oleh 5 sungai
besar. Pulau Enggano merupakan salah satu kawasan Important Bird Area (IBA) dan
juga termasuk dalam Endemic Bird Area atau EBA karena di pulau ini juga
ditemukan dua jenis burung endemik yaitu Otus engganensis (burung hantu) dan
Zoosterps salvadori (burung kacamata). Ditemukan tidak kurang dari 45 jenis
burung dan banyak jenis lainnya belum teridentifikasi (belum ada pengamatan
menyeluruh). Belum terdapat data yang memadai mengenai jumlah dan jenis flora
dan fauna yang ada di Enggano.
Pulau Enggano juga banyak
menyimpan potensi hasil hutan kayu dan non kayu seperti melinjo, rotan, manau,
tanaman obat-obatan, dan hasil laut. Beberapa potensi ini belum dijadikan
pilihan alternatif bagi masyarakat karena berbagai kendala yang dihadapi.
Pulau Enggano merupakan pulau
yang relatif masih alami dan belum banyak tersentuh oleh agenda-agenda pembangunan.
Namun, hal ini justru menjadi berkah tersendiri bagi pulau ini, karena keaslian
kondisi alamnya relatif masih terjaga.
Di dalam pulau yang dikelilingi
hamparan pasir putih yang sangat luas ini, terdapat dua obyek wisata yang indah
dan cukup terkenal, yaitu Taman Burung Gunung Nanu’ua dan Pantai Humo. Di Taman
Burung Gunung Nanu’ua, terdapat dua spesies burung langka yang dilindungi oleh
pemerintah, yaitu Burung Kacamata Enggano dan Burung Celepuk Enggano. Selain di
Taman Burung Gunung Nanu’ua, spesies burung sebaran-terbatas itu juga sesekali
dapat dijumpai di lahan pertanian, terutama perkebunan kelapa, dan lahan-lahan
terbuka di sekitar perkampungan.

Selain itu, pantai yang memanjang
sekitar dua kilometer dari utara ke selatan, dengan lebar sekitar 200 meter
dari tepi laut ini juga memiliki kumpulan karang—atau oleh masyarakat setempat
disebut tubiran—yang dapat digunakan sebagai titian untuk berjalan agak ke
tengah laut. Tubiran yang mirip dermaga ini juga sering digunakan oleh
pengunjung dan masyarakat setempat sebagai tempat memancing. Lokasinya yang
menjorok ke laut membuat tubiran ini menjadi habitat bagi berbagai jenis ikan
laut.
Selain memiliki dua lokasi wisata
yang indah tersebut, Pulau Enggano juga memiliki keistimewaan lainnya, yaitu
hutan bakau yang sangat lebat yang secara alamiah berfungsi sebagai penahan
laju abrasi pantai. Di hutan bakau ini, hidup beraneka jenis burung, seperti
burung pelatuk, burung pergam enggano, burung beo, burung nuri, burung kakatua,
dan berbagai jenis burung lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar